Surat Sayang Teruntuk Ulcok Kalkulator, Di Jakarta sana mereka malah membantaimu
Terima kasih sudah menyuguhkan kehebatanmu, dek. Betul-betul bangga kami ini, nah… sekarang, ayo kita pulang, Jakarta sudah cukup kau kitari beberapa hari ini, toh mereka memanggilmu hanya untuk rating, sebentar kelar, kau pasti tenggelam oleh topik yang lebih “penting”.
Kau jangan mau ditawari dunia akting, saya yakin seyakin-yakinnya yakin, kau hanya akan diberi peran untuk lucu-lucuan, untuk ditertawakan. Pasti bukan tentang kehebatan hitung cepatmu. Masih ingat si Caisar yang terkenal dengan goyangannya? Dia itu jago nyanyi lho, tapi malah disuruh joget se-ekstrim itu, bahkan disuruh terlihat seperti orang bodoh, yang sebenarnya dia pintar. Mau kau seperti itu?
Oh iya, saya juga ingat, orang sekampung kita ada juga yang sempat beken di situ, dia juga bermula dari youtube. Datang dengan kemampuan pemahaman agama yang lumayan mumpuni, diundang ke Jakarta, nampang di banyak stasiun televisi, akhirnya dikontrak permanen oleh salah satunya.
Saya tak tahu apakah pemirsa-pemirsa itu mau jujur, selama beliau nampang di televisi, yang ditunggu apanya? Ceramahnya? Sepertinya bukan, mereka lebih senang melihat gaya pak ustadz beratraksi memutar-mutar burdah (syal/selendang) atau kopiahnya menjadi Naruto, Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, ibu-ibu pejabat, dan sebagainya. Ya…mereka hanya menunggu momen-momen lucu, bahkan ketika pak ustadz mulai tak lucu, ia rela memanjat mimbar, sedihnya…
Nah, bagaimana denganmu? Kamu hebat…di Makassar. Di Jakarta sana mereka malah membantaimu, dek. Saya risih ketika kau menulis 942 yang seharusnya 972, atau ketika kau menulis 1992 yang seharusnya 1993, untung saja kau masih terselamatkan dengan angka 13.390 itu.
Baca juga: AHOK Ogah Dateng, Sakit Perut
Saya juga risih ketika kau menjawab “sebelas juta lebih ini”. Mereka ingin lebih, mereka ingin kau yang hanya sampai kelas tiga SD ini harus bisa menjawab presisi sampai bermilyar-milyar. Mereka ingin kau harus lebih cepat dari Dedi Corbuzier (meskipun si Dedi juga sebenarnya salah), atau lebih akurat dari kalkulator yang dipegang Jessica.
Untung saja kau terselamatkan oleh Yudi Lesmana yang mengatakan kau lelah, dan saya yakin…beberapa hari ini memang kau sangat lelah. Kau sangat lelah memuaskan rasa penasaran pengunjung warkop, jajaran redaksi sebuah harian lokal, para pakar, dan sebagainya dan sebagainya…
Bagi saya itu sudah cukup, sudah cukup kau menghibur. Saya takut besok-besok kau jatuh sakit karena terlalu lelah, jangan sampai keceriaanmu hilang digerus undangan tes di mana-mana.
Saya masih lebih senang mendengar teka-tekimu tentang kodok yang hanya butuh dua kali lompatan untuk menyeberangi sungai selebar seratus meter. Saya lebih terhibur dengan tebak-tebakanmu tentang rumah kebakaran yang tak mungkin bisa dicat. Ini lelucon segar dari seorang pria yang HANYA SAMPAI KELAS TIGA SD! Jadi tak perlu kau bersanding dengan Yudi Lesmana, tak usah adu cepat-cepatan sama Dedi Corbuzier atau kalkulatornya Jessica, yaa meskipun kalkulatornya jessica juga “agak-agak” miss.
Di sini saja, di Makassar, setiap hari bisa susah-senang bersama keluarga. Gonta-ganti nama gaul dari Ullang Co’mo’ menjadi Ultor, Ulan Bator eh…Ullang Kalkulator. Kalau lebaran tiba, silaturrahmi ke rumah sanak yang di Rappokalling, pastikan kalau sudah di Juanda sendalnya masih ada.
Sesekali bolehlah menerima tantangan hitung cepat, tapi di dalam kota saja. Karena saya peduli, saya takut. Saya takut nanti Ulcok malah jadi tak bisa hitung-hitung cepat lagi gara-gara banyak kamera, gara-gara dibayar tinggi, atau gara-gara didampingi pakar, saya takut…
Mari, kita pulang… kalau nanti memang ada yang berhati mulia ingin membantumu meneruskan sekolah, pasti Tuhan akan mempertemukan, mari sini kita ngopi-ngopi, mending kita bahas batu-batu akikmu yang besar-besar itu, atau kita laporkan ke polisi si Abdul Rahman Hidayat yang mengataimu muka "bibi" atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.
Atau bagaimana kalau kita pinjam kalkulator Jessica lalu kita bedah? Intinya mari bersenang-senang hingga lelah, lalu pulang ke rumah, istirahat, besoknya main lagi… Asyik bukan? Sehat terus ya, Ulcok! We love you, beroohh… [sumber kapanlagi,club]